Kamis, 28 Juli 2016

makalah filsafat



Text Box: FILSAFAT
MAKALAH HUBUNGAN ANTARA ILMU AGAMA DAN SENI
Untuk memenuhi tugas mata kuliah filsafat yang di ampu oleh
ANITA DEWI UTAMI, M.Pd


 










Disusun Oleh Kelompok 5:

1.      SITI DUWIK MALASARI            (15210061)
2.      QUROTUL A’YUNI                      (15210057)
3.      YULIA EKA LUTFIANI              (15210067)
4.      M FIKI DERMAWAN                   (15210053)
5.      ZAENAL ARIFIN                         (15210069)

Program Studi Ekonomi Koperasi
Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial (FIPS)
IKIP PGRI BOJONEGORO
2016

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan, rahmat dan hidayahnya, karena penyusun dapat menyelesaikan makalah ini pada waktu yang telah di tentukan dan makalah ini sebagai salah satu tugas Mata kuliah Filsafat yang berjudul Hubungan Antara Ilmu Agama dan Seni
Penulisan makalah yang berjudul “Hubungan antara Ilmu Agama dan Seni” ini, bertujuan untuk mengetahui semua tentang Agama dan Seni serta hubungan antara Ilmu agama dan Seni.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada ANITA DEWI UTAMI, M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat, yang telah memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama mengikuti perkuliahan di IKIP PGRI Bojonegoro dan kepada semua pihak yang terkait dalam proses pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik.
Penyusun berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di masa yang akan datang.

                                                                                             Bojonegoro, 7 April 2016

                                                                                                                 
                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.    Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 3
C.     Tujuan Pembahasan................................................................................... 3
D.    Manfaat..................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A.    Agama dan Seni dalam wacana akademis................................................ 4
B.     Pengertian Agama dan Seni...................................................................... 7
C.     Unsur-unsur Agama dan Seni................................................................... 7
D.    Hubungan antara Agama dan Seni............................................................ 8
BAB III PENUTUP............................................................................................ 10
A.    Kesimpulan................................................................................................ 10
B.     Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................



BAB I
PENDAHULUAN
                                                                                
1.      Latar Belakang
Membicarakan fenomena agama dan sistem seni budaya adalah sangat menarik karena hubungan yang erat antara keduanya. Seni budaya di kalangan masyarakat primitif jelas merupakan ekspresi kepercayaan mereka. Seni tari yang dikembangkan dalam rangka pemujaan dewa, demikian juga seni pahat ataupun seni suara. Tarian dan nyanyian masyarakat primitif adalah tarian dan nyanyian mistik. Karya seni besar di India, yaitu kisah Ramayana dan Mahabrata jelas kisah epik keagmaan Hindu. Candi adalah peninggalan seni bangunan dan arsitktur keagmaan Hindu dan Budha. Seni kaligrafi dan arsitektur masjid dalam Islam juga karya seni yang berhubungan dengan wahyu dan tempat menyembah Allah. Para sufi menulis cerita dan puisi yang sarat dengan pengembaraan mereka mendekat dan menemui Allah di alam rohani. Jelas betapa seni suatu umat beragama tidak lain dari ekspresi keagamaan mereka itu sendiri. Bahkan suatu kelompok keagamaan juga punya kesenian yang berbeda dari kelompok lain.
Islam sendiri sebagai agama yang memiliki materi ajaran yang internal dan komprehensif, disamping mengandung ajaran utama sebagai syari’ah, juga memotivasi umat Islam untuk mengembangkan seni budaya Islam, yaitu seni budaya yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Seni budaya memperoleh perhatian yang serius dalam Islam karena mempunyai peran yang sangat penting untuk membumikan ajaran utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia.
Al-Qur’an memandang seni budaya sebagai suatu proses, dan meletakkan seni budaya sebagai eksistensi hidup manusia. Seni budaya merupakan suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal, hari dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Seni budaya tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Seni budaya Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa

dan karya manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Hasil olah akal, budi, rasa dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Sebagai sebuah proses, seni budaya erat kaitannya dengan pendidikan. Karena secara teoritis pendidikan adalah sebagian dari proses pembudayaan, namun demikian dalam praktek kehidupan tidaklah demikian halnya. Ada dua sebab mengapa ulasan mengenai seni budaya dalam pendidikan perlu penting. Pertama ialah seni budaya telah diartikan secara sempit. Seni budaya tidak lebih dari kesenian itu sendiri, tari-tarian, seni pahat, seni batik, dan sebagainya. Dengan kata lain seni budaya telah direduksi hanya mengenai nilai-nilai estetika. Yang kedua ialah pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat intelektualistis, artinya hanya mengenai satu unsur saja di dalam kebudayaan/seni budaya. Dengan demikian sistem pendidikan kita bukan merupakan tempat di mana kebudayaan/seni budaya dapat berkembang dan dimana pendidikan tersebut merupuakan bagian dari kebudayaan secara menyeluruh. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah dicabik dari keberadaannya sebagai bagian yang terintegrasi dengan kebudayaannya. Gejala pemisah pendidikan dari kebudayaan dapat dilihat dari gejala-gejala sebagai berikut : Kebudayaan telah dibatasi pada hal-hal yang berkenaan dengan kesenian, tarian tradisional, kepurbakalaan termasuk urusan candi-candi dan bangunan-bangunan kuno, makam-makam, dan sastra tradisional; Nilai-nilai kebudayaan dalam pendidikan telah dibatasii pada nilai-nilai intelektual belaka; Nilai-nilai agama bukanlah urusan pendidikan tetapi lebih merupakan urusan lelmbaga-lembaga agama. Padahal seperti dimaklumi bahwa kebudayaan mengandung 7 unsur universal seperti yang dirumuskan oleh Koentjaningrat sebagai berikut : sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Dengan demikian memisahkan pendidikan dari kebudayaan merupakan suatu kebijakan yang merusak perkembangan kebudayaan sendiri, malahan mengkhianati keberadaan proses pendidikan sebagai proses pembudayaan.


 
2.      Rumusan Masalah
1.      Bagaimana agama dan seni dalam wacana akademis?
2.      Apa pengertian dari agama dan seni?
3.      Apa unsur-unsur dari agama dan seni
4.      Apa hubungan antara agama dan seni?
                                                                         
3.      Tujuan Pembahasan
1.      Untuk mengetahui agama dan seni dalam wacana akademis
2.      Untuk mengetahui pengertian agama dan seni
3.      Untuk mengetahui unsur-unsur agama dan seni
4.      Untuk mengetahui hubungan antara Agama dan seni

4.      Manfaat
Mengetahui bahwa hubungan agama dan seni sangat erat dan saling terkait antara satu dan lainnya. Dimana keduanya memiliki kekuatan daya gerak refleksi yang berasal dari manusia.


 


BAB II
PEMBAHASAN
                                                                                 
A.      Agama dan Seni dalam Wacana Akademis
Berbeda dari kehidupan sehari-hari yang seringkali tidak memandang penting pembedaan ketat antara seni dan agama, wacana ilmu pengetahuan memerlukan pembatasan di antara keduanya. Oleh karenanya, pada bagian ini akan diulas beberapa pemahaman dan pandangan akademisi tentang seni dan agama. Konseptualisasi dan teoretisasi seni dan agama merupakan tuntutan mutlak bagi penelitian mengenainya.
Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang  bertalian dengan kepercayaaan tersebut. Kata “agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan kosep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com).
Agama memiliki batasan akademis yang bermacam-macam, dan kadangkala dapat bertentangan antara batasan satu dengan yang lain. Di sini akan dipaparkan batasan agama yang diperkirakan dapat berjalan selaras dengan wacana akademis tentang seni di atas. Batasan agama yang dimaksud diambil dari pendapat Clifford Geertz. Bagi Geertz,
Religion is (1) a system of symbols which acts to (2) establish powerful, pervasive, and long-lasting moods and motivations in men by (3) formulating conceptions of a general order of existence and (4) clothing these conceptions with such an aura of factuality that (5) the moods and motivations seem uniquely realistic.” (Geertz, 1973: 90)
Agama   merupakan   (1)   sistem   simbol   yang   bertindak   untuk   (2) menetapkan perasaan dan motivasi yang kuat, meluas, dan awet dalam diri manusia dengan cara (3) memformulasikan konsep-konsep tentang tatanan umum keberadaan (eksistensi) dan (4) menyandangi konsep- konsep tersebut dengan aura faktualitas sehingga (5) perasaan dan motivasi tersebut tampak secara khusus (unik) nyata.
Koentjaraningrat (1977: 228-268) memandang sistem religi (agama) sebagai sebuah sistem yang terdiri dari empat unsur dasar. Keempat unsur dasar tersebut adalah (1) emosi keagamaan, (2) sistem kepercayaan, (3) sistem upacara, dan (4) kelompok keagamaan. Keempat unsur dasar tersebut harus ada/hadir agar suatu fenomena dapat dipahami sebagai agama.
Seni
Kata ‘seni’ yang sekarang kita gunakan sebagai padan kata dari art memiliki perjalanannya sendiri. ‘Seni’ berasal dari kosa kata bahasa Melayu yang berarti ‘kecil’. Penggunaan kata ‘seni’ dalam pengertian ‘kecil’ ditemukan, antara lain, dalam sebuah  sajak  berjudul ‘Sesudah Dibajak’ karya ST Alisyahbana tahun 1936. Pada salah satu larik sajak tersebut tertulis kalimat “Sedih seni mengiris kalbu.” Di sini ‘seni’ dipakai dalam arti kecil. Serupa dengannya, Taslim Ali pun pernah memakai kata ‘seni’ dalam pengertian yang sama di tahun 1941. Dalam sajaknya yang bertajuk ‘Kepada Murai’ tertulis “Hiburkan hatiku/Unggasku  seni”  (Sumardjo,  2000:41-45,  Soedarso,  2006:6).
Daya pengaruh suatu obyek seni terhadap orang-orang yang mengalaminya tidak sama antara obyek seni yang satu dan obyek seni lainnya. Hal ini justru menegaskan peran penting yang dimainkan obyek terhadap daya kemampuannya. Meskipun demikian, Svasek juga menyatakan bahwa daya pengaruh (atau pesona dalam istilah Gell) seni juga dipegaruhi oleh hal-hal yang ada dalam diri pemirsa atau orang yang mengalaminya, serta konteks yang melingkupi kehadiran gejala seni tersebut.
Penjelasan Svasek yang terakhir membawa kita pada pertanyaan seputar peran konteks keberadaan gejala seni terhadap daya pengaruh yang dapat diberikan olehnya. Tentang hal ini, Svasek mengajukan konsep transit dan transition. Yang ia maksud dengan transit adalah pergeseran atau perpindahan keberadaan gejala seni dalam konteks-konteks yang berbeda-beda. Untuk sekedar memberi contoh maksud istilah transit, dapat dibayangkan lantunan ayat suci Al Qur’an yang kehadirannya dapat berpindah-pindah dari konteks Musabaqah Tilawatil Qur’an, ke konteks upacara wisuda para santri di pondok pesantren, ke upacara pemakaman seorang Muslim, dan seterusnya. Dalam contoh tersebut, lantunan ayat Al Qur’an mengalami sejumlah transit berupa konteks keberadaan yang berbeda-beda. Perbedaan konteks kehadiran/keberadaan tersebut mengakibatkan terjadinya pergeseran, perubahan, penambahan atau pengurangan daya pesona atau pun pengaruh yang dapat dihasilkan oleh lantunan ayat Al Qur’an. Dinamika pesona akibat perubahan konteks keberadaan gejala seni seperti itu disebutnya transition. (Svasek, 2007: 12-13)
















1 Disampaikan dalam Pembekalan Jelajah Budaya, BPSNT Yogyakarta, 12 Juli 2010
2 Dosen Jurusan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu





 

B.     Pengertian Agama dan Seni
Agama adalah pedoman hidup manusia untuk dapat berhubungan dengan sang pencipta dan berhubungan dengan sesama manusia. Sedangkan seni adalah ide, gagasan, perasaan, suara hati, gejolak jiwa yang diwujudkan atau diekspresikan melalui unsur-unsur tertentu yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia.

C.    Unsur-unsur Agama dan Seni
Unsur-unsur Agama antara lain :
1.      Kepercayaan agama, prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi.
2.      Simbol agama, identitas agama yang dianut umatnya.
3.      Praktik keagamaan, hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antarumat sesuai ajaran agama.
4.      Pengalaman keagamaan, berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5.      Umat beragama, penganut masing-masing agama.

Unsur-unsur Seni antara lain :
1.      Garisan. Garisan merupakan cantuman titik-titik yang bersambungan atau yang mempunyai jarak tertentu. Garisan memainkan peranan yang amat penting dalam menwujudkan rupa, bentuk, jalinan, pergerakan, ton dan corak. Garisan juga memainkan peranan yang penting dalam menunjukkan seseorang perasaan dalam sesebuah karya.
2.      Bentuk. Bentuk ialah merupakan objek yang mempunyai keluasan, ketinggian dan mempunyai permukaan yang lebih daripada satu.
3.      Jalinan. Jalinan bermaksud kesan yang terdapat dalam seseuatu permukaan objek. Jalinan terbahagi kepada dua yaitu jalinan sentuh danjalinan tampak.
4.      Ruang. Ruang ialah kawasan kosong yang terdapat dalam suatu objek ataupun jarak yang ada diantara kedua objek dalam sesebuah karya seni.
5.      Warna. Warna memainkan peranan yang penting dalam menwujudkan suasana yang tidak bosan. Warna dapat menunjukan perasaan seseorang pelukis semasa menggunakan jenis-jenis warna dalam penghasilan lukisan. Warna merupakan elemen yang amat penting dalam bidang seni visual.

D.    Hubungan Agama dan Seni
Agama dan seni adalah dua hal yang selalu ada dalam setiap hidup manusia. Keduanya mempunyai kedudukan tersendiri dalam hidup masing-masing orang. Maka tidaklah salah jika keduanya mempunyai hubungan.
Setelah mengulas batasan konseptual dan teori tentang seni dan agama, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana atau apa kaitan antara seni dan agama. Berdasarkan konsep dan teori yang telah dibahas di atas, hubungan antara Agama dan Seni adalah sebagai berikut :
1.      Agama memerlukan perwujudan dalam bentuk benda dan tindakan, baik untuk mengungkapkan maupun membangkitkan emosi keagamaan di kalangan pemeluk kepercayaan suatu agama, agar agama benar-benar dirasakan/dihayati manusia.
2.      Kemampuan suatu benda atau tindakan untuk mengungkap atau membangkitkan emosi keagamaan bersandar pada daya simbolik yang dimiliki oleh benda atau tindakan tersebut.
3.      Daya simbolik suatu benda atau perilaku keagamaan bertumpu pada sistem kepercayaan manusia terhadap keberadaan Yang Maha Kuasa.
4.      Kemampuan suatu benda atau perilaku untuk membangkitkan atau mengungkapkan emosi keagamaan, pada dasarnya selaras dengan daya pesona (enchantment) yang dimiliki oleh benda atau perilaku seni.
5.      Pesona yang dimiliki oleh benda atau perilaku agama/seni tersebut merupakan efek dari penerapan suatu teknologi (teknik) tertentu pada material.
6.      Oleh karenanya, benda atau perilaku agama sebenarnya berkelindan (overlap) dan berkorelasi dengan benda atau perilaku seni.
7.      Perbedaan  dan  pergeseran  tanggapan  (transition)  terhadap  gejala  benda  atau perilaku seni/agama terjadi karena berlangsungnya transit yakni perubahan atau pergeseran konteks keberadaan gejala yang dimaksud.
8.      Pergeseran tersebut dapat berlangsung dalam dua arah: dari seni ke arah agama, dan sebaliknya; dapat pula terjadi pergeseran ke arah penggabungan yang tidak saling meniadakan (sekaligus agama dan seni).
9.      Konteks-konteks  tersebut  meliputi  konteks  publik  (komunal)  maupun  konteks personal (individual).





 

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Agama adalah pedoman hidup manusia untuk dapat berhubungan dengan sang pencipta dan berhubungan dengan sesama manusia. Sedangkan Seni adalah ide, gagasan, perasaan, suara hati, gejolak jiwa yang diwujudkan atau diekspresikan melalui unsur-unsur tertentu yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Agama dan seni adalah dua hal yang selalu ada dalam setiap hidup manusia. Keduanya mempunyai kedudukan tersendiri dalam hidup masing-masing orang. Maka tidaklah salah jika keduanya mempunyai hubungan. Dimana keduanya memiliki kekuatan daya gerak refleksi yang berasal dari manusia.

B.     Saran
Setelah mengetahui hubungan dari Agama dan Seni hendaknya bisa memahami dan mengamalkan dari hubungan antara Agama dan Seni dan tidak menyepelekan antara Agama dan Seni.


DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Pengembangan Seni Budaya Islam Vol, V, No 1, 2008
Jurnal Universitas Dhyana Pura Filsafat Ilmu dan Logika, 2013
Ahmad syadali, mudzakir . 2004 . Filsafat umum, pustaka setia : Bandung.
Ahimsa, Putra, Heddy Shri. 2005. Budaya Lokal dan Islam di Indonesia. dalam Ekspresi Isam dalam Simbol-Simbo Budaya di Indonesia, Atik Triratnawati dan Mutiah Amini (eds.). Yogyakarta: Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat Aisyiyah dan Adi Cita