MAKALAH HUBUNGAN ANTARA ILMU AGAMA DAN SENI
Untuk
memenuhi
tugas mata kuliah filsafat yang di ampu
oleh
ANITA DEWI
UTAMI, M.Pd
Disusun Oleh Kelompok 5:
1. SITI DUWIK
MALASARI (15210061)
2. QUROTUL
A’YUNI (15210057)
3. YULIA EKA LUTFIANI (15210067)
4. M FIKI
DERMAWAN (15210053)
5. ZAENAL
ARIFIN (15210069)
Program Studi Ekonomi Koperasi
Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial (FIPS)
IKIP PGRI BOJONEGORO
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan,
rahmat dan hidayahnya, karena penyusun dapat menyelesaikan makalah ini pada
waktu yang telah di tentukan dan makalah ini sebagai salah satu tugas Mata
kuliah Filsafat yang berjudul “Hubungan
Antara Ilmu Agama dan Seni”
Penulisan makalah yang berjudul “Hubungan antara Ilmu Agama
dan Seni” ini, bertujuan untuk mengetahui semua tentang Agama dan Seni serta
hubungan antara Ilmu agama dan Seni.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada ANITA DEWI UTAMI, M.Pd
selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Filsafat, yang telah
memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materiil selama
mengikuti perkuliahan di IKIP PGRI Bojonegoro dan kepada semua pihak yang terkait dalam proses pembuatan
makalah ini, sehingga makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
penyusun mengharap kritik dan saran dari pembaca agar pembuatan makalah
selanjutnya menjadi lebih baik.
Penyusun berharap dengan penulisan makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca umumnya serta
semoga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan dan meningkatkan
prestasi di masa yang akan datang.
Bojonegoro,
7 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB
I PENDAHULUAN................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang.......................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah..................................................................................... 3
C.
Tujuan
Pembahasan................................................................................... 3
D.
Manfaat..................................................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN.................................................................................... 4
A.
Agama
dan Seni dalam wacana akademis................................................ 4
B.
Pengertian
Agama dan Seni...................................................................... 7
C.
Unsur-unsur
Agama dan Seni................................................................... 7
D.
Hubungan
antara Agama dan Seni............................................................ 8
BAB
III PENUTUP............................................................................................ 10
A.
Kesimpulan................................................................................................ 10
B.
Saran.......................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Membicarakan
fenomena agama dan sistem seni budaya adalah sangat menarik karena hubungan
yang erat antara keduanya. Seni budaya di kalangan masyarakat primitif jelas
merupakan ekspresi kepercayaan mereka. Seni tari yang dikembangkan dalam rangka
pemujaan dewa, demikian juga seni pahat ataupun seni suara. Tarian dan nyanyian
masyarakat primitif adalah tarian dan nyanyian mistik. Karya seni besar di
India, yaitu kisah Ramayana dan Mahabrata jelas kisah epik keagmaan Hindu.
Candi adalah peninggalan seni bangunan dan arsitktur keagmaan Hindu dan Budha.
Seni kaligrafi dan arsitektur masjid dalam Islam juga karya seni yang
berhubungan dengan wahyu dan tempat menyembah Allah. Para sufi menulis cerita
dan puisi yang sarat dengan pengembaraan mereka mendekat dan menemui Allah di
alam rohani. Jelas betapa seni suatu umat beragama tidak lain dari ekspresi keagamaan mereka itu sendiri.
Bahkan suatu kelompok keagamaan juga punya kesenian yang berbeda dari kelompok
lain.
Islam
sendiri sebagai agama yang memiliki materi ajaran yang internal dan
komprehensif, disamping mengandung ajaran utama sebagai syari’ah, juga
memotivasi umat Islam untuk mengembangkan seni budaya Islam, yaitu seni budaya
yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Seni budaya memperoleh perhatian yang
serius dalam Islam karena mempunyai peran yang sangat penting untuk membumikan
ajaran utama sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia.
Al-Qur’an
memandang seni budaya sebagai suatu proses, dan meletakkan seni budaya sebagai
eksistensi hidup manusia. Seni budaya merupakan suatu totalitas kegiatan
manusia yang meliputi kegiatan akal, hari dan tubuh yang menyatu dalam suatu
perbuatan. Seni budaya tidak mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan,
namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai ketuhanan. Seni budaya Islam adalah
hasil olah akal, budi, cipta rasa, karsa
dan karya
manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Hasil olah akal, budi, rasa
dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat
universal berkembang menjadi sebuah peradaban.
Sebagai
sebuah proses, seni budaya erat kaitannya dengan pendidikan. Karena secara
teoritis pendidikan adalah sebagian dari proses pembudayaan, namun demikian
dalam praktek kehidupan tidaklah demikian halnya. Ada dua sebab mengapa ulasan
mengenai seni budaya dalam pendidikan perlu penting. Pertama ialah seni budaya
telah diartikan secara sempit. Seni budaya tidak lebih dari kesenian itu
sendiri, tari-tarian, seni pahat, seni batik, dan sebagainya. Dengan kata lain
seni budaya telah direduksi hanya mengenai nilai-nilai estetika. Yang kedua
ialah pendidikan di Indonesia dewasa ini sangat intelektualistis, artinya hanya
mengenai satu unsur saja di dalam kebudayaan/seni budaya. Dengan demikian
sistem pendidikan kita bukan merupakan tempat di mana kebudayaan/seni budaya
dapat berkembang dan dimana pendidikan tersebut merupuakan bagian dari
kebudayaan secara menyeluruh. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah dicabik
dari keberadaannya sebagai bagian yang terintegrasi dengan kebudayaannya.
Gejala pemisah pendidikan dari kebudayaan dapat dilihat dari gejala-gejala
sebagai berikut : Kebudayaan telah dibatasi pada hal-hal yang berkenaan dengan
kesenian, tarian tradisional, kepurbakalaan termasuk urusan candi-candi dan
bangunan-bangunan kuno, makam-makam, dan sastra tradisional; Nilai-nilai
kebudayaan dalam pendidikan telah dibatasii pada nilai-nilai intelektual
belaka; Nilai-nilai agama bukanlah urusan pendidikan tetapi lebih merupakan
urusan lelmbaga-lembaga agama. Padahal seperti dimaklumi bahwa kebudayaan
mengandung 7 unsur universal seperti yang dirumuskan oleh Koentjaningrat
sebagai berikut : sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian
hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Dengan demikian memisahkan pendidikan
dari kebudayaan merupakan suatu kebijakan yang merusak perkembangan kebudayaan
sendiri, malahan mengkhianati keberadaan proses pendidikan sebagai proses
pembudayaan.
2. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana agama dan seni dalam wacana akademis?
2.
Apa pengertian dari agama dan seni?
3.
Apa unsur-unsur dari agama dan seni
4.
Apa hubungan antara agama dan seni?
3. Tujuan Pembahasan
1.
Untuk mengetahui agama dan seni dalam wacana akademis
2.
Untuk mengetahui pengertian agama dan seni
3.
Untuk mengetahui unsur-unsur agama dan seni
4.
Untuk mengetahui hubungan antara Agama dan seni
4. Manfaat
Mengetahui bahwa
hubungan agama dan seni sangat erat dan saling terkait antara satu dan lainnya.
Dimana keduanya memiliki kekuatan daya gerak refleksi yang berasal dari
manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Agama dan Seni dalam
Wacana Akademis
Berbeda
dari kehidupan sehari-hari yang seringkali tidak memandang penting
pembedaan ketat antara seni dan agama, wacana ilmu
pengetahuan memerlukan pembatasan di
antara keduanya. Oleh karenanya, pada bagian ini akan diulas beberapa pemahaman dan pandangan akademisi tentang
seni dan agama.
Konseptualisasi dan teoretisasi seni dan agama merupakan
tuntutan mutlak bagi penelitian mengenainya.
Agama
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut Dewa
atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaaan tersebut. Kata
“agama” berasal dari bahasa Sansekerta āgama
yang berarti “tradisi”. Sedangkan kata lain untuk menyatakan kosep ini adalah
religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja
re-ligare yang berarti “mengikat kembali”. Maksudnya dengan berreligi,
seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan (wikipedia.com).
Agama memiliki
batasan akademis yang bermacam-macam,
dan kadangkala dapat bertentangan antara batasan satu dengan
yang lain. Di sini akan dipaparkan batasan agama
yang diperkirakan dapat berjalan
selaras dengan wacana akademis tentang seni di atas. Batasan agama yang dimaksud diambil dari pendapat Clifford Geertz. Bagi Geertz,
“Religion is (1) a system of symbols which acts to (2)
establish powerful, pervasive, and long-lasting moods and motivations in men by (3) formulating
conceptions of a general order of existence
and (4) clothing these conceptions with such an aura of factuality that (5) the moods and
motivations seem uniquely
realistic.” (Geertz, 1973: 90)
“Agama merupakan (1)
sistem simbol yang
bertindak untuk
(2) menetapkan perasaan dan motivasi
yang kuat, meluas,
dan awet dalam diri manusia dengan cara (3)
memformulasikan konsep-konsep tentang tatanan umum keberadaan
(eksistensi) dan (4) menyandangi konsep- konsep tersebut dengan aura faktualitas sehingga (5)
perasaan dan motivasi tersebut tampak
secara khusus (unik) nyata.”
Koentjaraningrat (1977: 228-268) memandang sistem religi (agama) sebagai
sebuah sistem yang terdiri dari empat
unsur dasar. Keempat unsur dasar tersebut adalah (1) emosi keagamaan, (2) sistem kepercayaan, (3) sistem upacara, dan (4) kelompok keagamaan. Keempat unsur dasar tersebut harus ada/hadir agar suatu fenomena dapat dipahami sebagai agama.
Seni
Kata ‘seni’ yang sekarang kita gunakan
sebagai padan kata dari art memiliki perjalanannya
sendiri. ‘Seni’ berasal
dari kosa kata bahasa Melayu yang berarti ‘kecil’.
Penggunaan kata ‘seni’ dalam
pengertian ‘kecil’ ditemukan, antara lain, dalam sebuah sajak
berjudul
‘Sesudah Dibajak’ karya ST Alisyahbana tahun 1936. Pada salah satu larik sajak
tersebut tertulis kalimat “Sedih seni mengiris kalbu.” Di sini ‘seni’ dipakai dalam arti kecil. Serupa
dengannya, Taslim Ali pun pernah memakai kata ‘seni’ dalam pengertian
yang sama di tahun 1941. Dalam
sajaknya yang bertajuk ‘Kepada Murai’ tertulis “Hiburkan
hatiku/Unggasku seni” (Sumardjo,
2000:41-45, Soedarso, 2006:6).
Daya pengaruh suatu obyek
seni terhadap orang-orang yang mengalaminya
tidak sama antara obyek seni yang satu dan obyek seni lainnya. Hal ini justru menegaskan peran penting yang dimainkan obyek terhadap daya kemampuannya. Meskipun demikian, Svasek juga menyatakan
bahwa daya pengaruh (atau pesona – dalam istilah Gell) seni juga dipegaruhi oleh hal-hal yang ada dalam diri
pemirsa atau orang yang mengalaminya, serta
konteks yang melingkupi kehadiran gejala seni tersebut.
Penjelasan
Svasek yang terakhir membawa kita pada pertanyaan seputar
peran konteks keberadaan
gejala seni terhadap daya pengaruh yang dapat diberikan olehnya. Tentang hal
ini, Svasek mengajukan konsep
transit dan
transition. Yang ia maksud dengan
transit adalah pergeseran atau perpindahan
keberadaan gejala seni dalam konteks-konteks yang berbeda-beda. Untuk sekedar memberi contoh
maksud istilah transit, dapat dibayangkan
lantunan ayat suci Al Qur’an yang kehadirannya
dapat berpindah-pindah dari konteks Musabaqah
Tilawatil Qur’an, ke konteks
upacara wisuda para santri di pondok pesantren, ke upacara pemakaman seorang
Muslim, dan seterusnya. Dalam
contoh tersebut, lantunan
ayat Al Qur’an mengalami sejumlah transit
berupa konteks keberadaan yang berbeda-beda. Perbedaan konteks
kehadiran/keberadaan tersebut mengakibatkan
terjadinya pergeseran, perubahan, penambahan
atau pengurangan daya pesona atau pun pengaruh yang dapat dihasilkan oleh
lantunan ayat Al Qur’an. Dinamika pesona akibat perubahan konteks
keberadaan gejala seni seperti itu
disebutnya transition.
(Svasek, 2007: 12-13)
1 Disampaikan dalam Pembekalan Jelajah Budaya, BPSNT Yogyakarta, 12 Juli 2010
2 Dosen Jurusan
Antropologi
Budaya, Fakultas Ilmu
B.
Pengertian Agama dan Seni
Agama adalah pedoman hidup
manusia untuk dapat berhubungan dengan
sang pencipta dan berhubungan dengan sesama manusia. Sedangkan seni adalah ide, gagasan, perasaan, suara hati,
gejolak jiwa yang diwujudkan atau diekspresikan melalui unsur-unsur tertentu
yang bersifat indah untuk memenuhi kebutuhan manusia.
C.
Unsur-unsur Agama
dan Seni
Unsur-unsur Agama antara lain :
1. Kepercayaan agama, prinsip yang
dianggap benar tanpa ada keraguan lagi.
2. Simbol agama, identitas agama yang
dianut umatnya.
3. Praktik keagamaan, hubungan vertikal
antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan
antarumat sesuai ajaran agama.
4. Pengalaman keagamaan, berbagai
bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-penganut secara pribadi.
5. Umat beragama, penganut
masing-masing agama.
Unsur-unsur Seni antara lain :
1. Garisan. Garisan merupakan cantuman
titik-titik yang bersambungan atau yang mempunyai jarak tertentu. Garisan
memainkan peranan yang amat penting dalam menwujudkan rupa, bentuk, jalinan,
pergerakan, ton dan corak. Garisan juga memainkan peranan yang penting dalam
menunjukkan seseorang perasaan dalam sesebuah karya.
2. Bentuk. Bentuk ialah merupakan objek
yang mempunyai keluasan, ketinggian dan mempunyai permukaan yang lebih daripada
satu.
3. Jalinan. Jalinan bermaksud kesan
yang terdapat dalam seseuatu permukaan objek. Jalinan terbahagi kepada dua
yaitu jalinan sentuh danjalinan tampak.
4. Ruang. Ruang ialah kawasan kosong
yang terdapat dalam suatu objek ataupun jarak yang ada diantara kedua objek
dalam sesebuah karya seni.
5. Warna. Warna memainkan peranan yang
penting dalam menwujudkan suasana yang tidak bosan. Warna dapat menunjukan
perasaan seseorang pelukis semasa menggunakan jenis-jenis warna dalam
penghasilan lukisan. Warna merupakan elemen yang amat penting dalam bidang seni
visual.
D.
Hubungan Agama dan
Seni
Agama dan
seni adalah dua hal yang selalu ada dalam setiap hidup manusia. Keduanya
mempunyai kedudukan tersendiri dalam hidup masing-masing orang. Maka tidaklah
salah jika keduanya mempunyai hubungan.
Setelah mengulas batasan
konseptual dan teori tentang seni dan
agama, pertanyaan berikutnya adalah bagaimana atau apa kaitan
antara seni dan agama. Berdasarkan konsep dan teori yang telah dibahas di atas, hubungan
antara Agama dan Seni adalah sebagai berikut :
1. Agama memerlukan perwujudan dalam bentuk benda dan tindakan,
baik untuk mengungkapkan maupun membangkitkan emosi keagamaan di kalangan pemeluk
kepercayaan suatu agama, agar agama benar-benar dirasakan/dihayati manusia.
2. Kemampuan suatu
benda atau tindakan
untuk mengungkap atau membangkitkan
emosi keagamaan bersandar pada
daya simbolik yang dimiliki
oleh benda atau tindakan tersebut.
3. Daya simbolik
suatu benda atau perilaku keagamaan
bertumpu pada sistem kepercayaan manusia terhadap keberadaan Yang Maha
Kuasa.
4. Kemampuan suatu benda atau perilaku untuk membangkitkan atau mengungkapkan emosi keagamaan, pada dasarnya selaras dengan daya pesona
(enchantment) yang dimiliki
oleh benda atau perilaku seni.
5. Pesona yang dimiliki oleh benda atau perilaku agama/seni tersebut merupakan efek
dari penerapan suatu teknologi (teknik)
tertentu pada material.
6. Oleh karenanya, benda atau perilaku
agama sebenarnya berkelindan (overlap) dan berkorelasi dengan benda atau perilaku seni.
7. Perbedaan
dan
pergeseran
tanggapan
(transition)
terhadap
gejala
benda
atau
perilaku seni/agama terjadi
karena berlangsungnya transit yakni perubahan
atau pergeseran konteks keberadaan gejala yang dimaksud.
8. Pergeseran tersebut dapat berlangsung dalam dua
arah: dari seni ke arah agama, dan sebaliknya; dapat pula terjadi pergeseran
ke arah penggabungan yang tidak saling
meniadakan (sekaligus agama dan seni).
9. Konteks-konteks
tersebut
meliputi konteks publik (komunal)
maupun konteks personal (individual).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Agama
adalah pedoman hidup manusia untuk dapat berhubungan dengan sang pencipta dan
berhubungan dengan sesama manusia. Sedangkan Seni adalah ide, gagasan, perasaan, suara hati, gejolak jiwa
yang diwujudkan atau diekspresikan melalui unsur-unsur tertentu yang bersifat
indah untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Agama dan
seni adalah dua hal yang selalu ada dalam setiap hidup manusia. Keduanya
mempunyai kedudukan tersendiri dalam hidup masing-masing orang. Maka tidaklah
salah jika keduanya mempunyai hubungan. Dimana
keduanya memiliki kekuatan daya gerak refleksi yang berasal dari manusia.
B. Saran
Setelah
mengetahui hubungan dari Agama dan Seni hendaknya bisa memahami dan mengamalkan
dari hubungan antara Agama dan Seni dan tidak menyepelekan antara Agama dan
Seni.
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Pendidikan Agama Islam dan Pengembangan Seni Budaya Islam Vol, V,
No 1, 2008
Jurnal Universitas Dhyana Pura Filsafat Ilmu dan Logika, 2013
Ahmad syadali, mudzakir . 2004 . Filsafat
umum, pustaka setia
: Bandung.
Ahimsa,
Putra, Heddy Shri. 2005. Budaya Lokal
dan Islam di Indonesia. dalam Ekspresi Isam dalam Simbol-Simbo
Budaya di Indonesia, Atik
Triratnawati dan Mutiah Amini (eds.).
Yogyakarta: Lembaga Kebudayaan Pimpinan Pusat Aisyiyah dan Adi Cita